Faktor Ekonomi yang Bisa Depresiasi Dolar AS

Faktor Ekonomi yang Bisa Depresiasi Dolar AS – Depresiasi mata uang untuk dolar A.S. yang akan kita bahas di sini lebih merujuk kepada penurunan nilai dolar terhadap mata uang lain. Sebagai contoh jika nilai penukaran 1 dolar A.S. ke rupiah adalah Rp. 13.500,-. Dan kemudian saat ini nilai tukar 1 dolar A.S. ke rupiah menjadi Rp. 12.500,- maka bisa dibilang bahwa dolar A.S. kehilangan nilainya terhadap rupiah. Inilah yang disebut dengan depresiasi dolar AS.

Depresiasi Dolar AS

depresiasi dolar as

Faktanya ada banyak sekali faktor ekonomi yang bisa berkontribusi terhadap depresiasi dolar AS. Kita akan membahas mengenai beberapa faktor ekonomi yang bisa mendepresiasi dolar A.S. berikut ini:

  1. Kebijakan Moneter

Di AS, the Fed mengimplementasikan kebijakan politik untuk menguatkan atau melemahkan dolar A.S.. Pada tingkat paling dasar, implementasi dari kebijakan moneter yang mudah akan melemahkan dolar yang berujung dengan depresiasi. Sebagai contoh jika the Fed menurunkan tingkat suku bunga maka ini bisa dikategorikan sebagai kemudahan. Kemudahan ini terjadi saat bank sentral memangkas suku bunga dan mendorong investor untuk meminjam uang.
Mengingat dolar A.S. adalah mata uang kertas di mana tidak diback up oleh komoditas seperti emas dan perak. Maka saat lebih banyak uang diterbitkan maka hukum permintaan dan penawaran berlaku sehingga bisa membuat nilai uang yang ada berkurang.

  1. Inflasi

Ada hubungan tak terlihat antara suku bunga A.S. dengan partner dagang dan juga penurunan serta peningkatan nilai mata uang. Inflasi yang lebih tinggi akan mendepresiasi mata uang karena terjadi peningkatan biaya barang dan jasa. Meningkatnya harga barang akan membuat permintaan berkurang. Dengan begini maka barang impor akan menjadi lebih menarik untuk konsumen yang negaranya sedang mengalami inflasi tinggi.

  1. Permintaan Mata Uang

Perlu Anda ingat bahwa ketika mata uang suatu negara terus mengalami permintaan maka mata uang itu akan tetap kuat. Salah satu cara yang bisa membuat suatu mata uang tetap memiliki permintaan tinggi adalah dengan mengekspor produk ke negara lain dan meminta pembayaran dalam bentuk mata uang si pengekspor. Kondisi ini tentu sedikit berbeda dengan Amerika Serikat. Mengingat, jumlah ekspor A.S. tidak jauh lebih banyak dari impornya sendiri.

Meski begitu, lalu kenapa dolar A.S. tetap mengalami permintaan yang tinggi? Jawabannya mudah saja. Dolar A>S. adalah mata uang cadangan yang digunakan oleh banyak negara di dunia untuk membeli komoditas seperti emas dan minyak. Jadi saat dolar A.S. masih berposisi sebagai mata uang cadangan, maka posisi mata uang ini akan tetap kuat.

Depresiasi dolar AS bisa saja terjadi jika suatu saat para penjual komoditas lebih memilih menggunakan mata uang cadangan lain seperti euro atau yuan misalnya.

  1. Pertumbuhan Ekonomi yang Lambat

Ekonomi yang kuat identik dengan mata uang yang kuat juga. Sebaliknya ekonomi yang lemah akan identik dengan mata uang yang lemah. Pertumbuhan ekonomi yang menurun dan berkurangnya keuntungan perusahaan bisa membuat para investor menarik dananya dan mengalihkan ke negara lain. Berkurangnya ketertarikan investor pada sebuah negara akan berakibat pada pelemahan mata uang itu sendiri.

  1. Jatuhnya Harga Ekspor

Saat harga dari sebuah produk utama ekspor jatuh maka depresiasi mata uang bisa terjadi. Sebagai contoh dolar Australia akan melemah ketika harga emas jatuh. Hal ini sangat lumrah terjadi karena Australia adalah negara penghasil emas terbesar di dunia. Lalu bagaimana dengan dolar A.S.? Seperti kita tahu bahwa dolar A.S. digunakan sebagai mata uang untuk pembayaran komoditas seperti emas dan minyak. Jadi jika harga ekspor kedua komoditas ini jatuh maka bisa dipastikan depresiasi dolar AS akan terjadi.

Semoga informasi di atas bermanfaat untuk trading forex Anda..

Forex dan Valas adalah suatu Perdagangan yang Beresiko Tinggi, yang mungkin tidak cocok untuk sebagian Trader yang Belum Berpengalaman