Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Rupiah Melemah

 

Sebagai seorang trader, tentunya harus mengetahui tentang sebab-sebab yang dapat menjadikan sebuah mata uang semisal rupiah mengalami penurunan nilai. Disamping akan mempengaruhi jumlah pendapatan yang dapat diperoleh, pelemahan rupiah juga akan mempengaruhi besaran perekonomian nasional baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Sejak akhir tahun 2013, trend arah pergerakan nilai tukar Rupiah terus saja melemah. Bahkan kini, rupiah sudah menembus level diatas 13.000 Rupiah per Dollar AS. Berbagai peristiwa yang terjadi telah diungkapkan oleh pemerintah dan juga para media. Dari sekian banyak faktor, faktor analis ekonomi disebut-sebut sebagai salah satu alasan terkuat mengapa Rupiah terus saja melemah. Realitanya, Rupiah memang salah satu mata uang terlemah yang ada di Dunia. Ini terlihat dari nilainya yang mudah sekali ditekan oleh perubahan kondisi ekonomi, baik itu di luar negeri maupun di dalam negeri.

Bila dijelaskan secara simple, faktor penurunan rupiah terjadi karena perekonomian Indonesia yang masih kurang mapan, pelarian modal asing ke luar negri, dan ketidak stabilan kondisi ekonomi dan politik. Untuk lebih jelasnya, silahkan menyimak artikel kami berikut ini.

 

Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Rupiah Melemah

Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Rupiah Melemah

 

Perekonomian Yang Kurang Mapan

 

Rupiah termasuk ke dalam soft currency. Artinya, mata uang ini amat mudah untuk berfluktuasi ataupun mengalami depresiasi. Penyebabnya tak lain adalah karena perekonomian negara asalnya yang relatif kurang mapan. Mata uang negara-negara berkembang, pada umumnya adalah mata uang tipe ini. Sedangkan untuk mata uang negara maju semisal Dollar Amerika Serikat, digolongkan sebagai sebuah hard currency, yang karena kemampuannya untuk mempengaruhi nilai suatu mata uang yang lebih lemah.

Karakteristik khusus dari mata uang soft currency adalah faktor sensitivitasnya terhadap kondisi ekonomi internasional. Terjadinya krisis finansial, spekulasi di pasar finansial, dan juga ketidakstabilan ekonomi dapat berakibat pada jatuhnya nilai soft currency. Contohnya saja ketika krisis tahun 97/98 melanda, dan ketika perekonomian Indonesia sedang berada dalam bahaya. Begitu pula ketika terjadi krisis Subprime Mortgage di negri paman sam, Rupiah sempat terkena imbasnya.

Selain hal tadi, sebagai salah satu negara yang masih berkembang, Indonesia agaknya berbagi sentimen dengan negara berkembang lainnya. Artinya, dikala sentimen terhadap negara-negara berkembang secara umum dipandang baik, nilai Rupiah akan cenderung menguat. Sebaliknya, bila di negara-negara berkembang yang lain banyak terjadi kerusuhan, bencana, dan lain hal sebagainya, maka nilai Rupiah akan cenderung melemah.

 

Pelarian Modal (Capital Flight)
Modal yang beredar di Indonesia (terutama di pasar finansial), sebagian besar merupakan dana yang berasal dari modal investor asing. Ini menjadikan nilai Rupiah sedikit banyak akan tergantung pada kepercayaan investor asing terhadap prospek bisnis yang ada di Indonesia. Semakin baik iklim bisnis yang ada di negara ini, maka akan semakin banyak pula investasi asing yang menancapkan cakarnya di Indonesia. Dengan demikian, Rupiah akan menjadi semakin menguat. Sebaliknya, semakin negatif pandangan dari para investor terhadap Indonesia, Rupiah akan makin melemah.

Mari ambil contoh pemotongan dari stimulus yang dilakukan oleh pihak Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed), baru-baru ini. Kebijakan uang yang cukup ketat (tight money policy) tersebut memicu para investor untuk memindahkan investasinya dari Indonesia untuk kembali ke negri asalnya. Selain kejadian tersebut, Indonesia juga sudah sering mengalami capital flight yang kemudian disusul dengan pelemahan nilai tukar Rupiah. Walau begitu, setelah terjadinya capital flight biasanya akan muncul investor baru dari negara lain yang menggantikan dana yang sudah dicabut oleh pemilik saham sebelumnya.

 

Ketidakstabilan Politik-Ekonomi
Dari dalam negeri, faktor yang paling mempengaruhi nilai tukar Rupiah adalah kondisi politik-ekonomi. Di masa-masa ketidak pastian menjelang pemilihan umum, biasanya investor cenderung merasa was-was dan akan menunggu hingga pemimpin baru telah terpilih. Kerika muncul sentimen ekonomi yang lebih meyakinkan, barulah investor melanjutkan progress investasinya terhadap Indonesia. Akibatnya, hampir setiap menjelang musim pemilu umumnya terjadi pelemahan nilai tukar Rupiah.

Performa data ekonomi yang dimiliki oleh Indonesia semisal pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto/Gross Domestic Product), besaran inflasi, dan neraca perdagangan, juga turut mempengaruhi Rupiah. Pertumbuhan yang baik pastinya akan menyokong nilai pertukaran Rupiah. Namun seebaliknya, defisit neraca perdagangan yang terus saja bertambah akan membuat Rupiah menjadi terdepresiasi. Dua sisi dalam neraca perdagangan yaitu impor dan ekspor, sangatlah penting disini. Inilah sebabnya mengapa hal ini menjadi amat penting bagi Indonesia untuk menggenjot pangsa ekspor dan mengurangi tingkat ketergantungan pada produk impor di dalam negri.

 

Demikianlah uraian singkat dari kami tentang Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Rupiah Melemah. Kami rasa, ketiga faktor tersebut sudah bisa menggambarkan garis besar kondisi perekonomian Indonesia saat ini. Namun, seiring dengan perbaikan kondisi neraca dagang dan peluang untuk menguatnya perekonomian Indonesia, nilai Rupiah juga akan ikut menguat.

Speak Your Mind

*

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Forex dan Valas adalah suatu Perdagangan yang Beresiko Tinggi, yang mungkin tidak cocok untuk sebagian Trader yang Belum Berpengalaman