Apa Ada Alasan Khusus Kenapa Indikator dan Harga Bergerak Beda Arah?

Apa Ada Alasan Khusus Kenapa Indikator dan Harga Bergerak Beda Arah? – Forex adalah aktivitas yang dilakukan dengan menjual dan membeli pasangan mata uang tertentu. Agar mendapatkan profit tentunya kita tidak bisa melakukan dua aktivitas diatas dengan sembarangan. Kita harus memiliki pandangan tentang keadaan pasar yang terjadi. Semua keputusan untuk menjual atau membeli membutuhkan analisa yang tentunya tidak main-main. Salah satu alat analisa pasar agar prediksi tidak meleset adalah dengan menggunakana indikator forex.

Indikator dalam Forex

Secara umum indikator adalah alat yang dapat memberikan informasi kepada trader tetang pemetaan kondisi pasar yang tengah terjadi sehingga prediksi yang dibuat oleh trader akan lebih akurat dan tepat dalam menentukan open posisi yang pas, baik itu buy maupun sell. Indikator forex umumnya memiliki dua fungsi yaitu pertama, memberikan pemetaan kondisi pasar kepada trader dan kedua, memberikan sinyal untuk entry maupun exit yang akan menuntun trader sehingga dapat masuk atau keluar market dengan tepat.

Dalam dunia forex, terdapat berbagai macam indikator. Namun kita dapat membaginya menjadi 2 kategori yaitu leading indikator dan lagging indikator. Leading indikator akan memberikan prediksi sebuah pergerakan sebelum sutu hal terjadi di pasar. Hal ini dikatakan cukup sulit bahkan bisa keliru. Inilah mengapa tidak semua orang memilih menggunakan leading indikator.

Contoh leading indikator yang terpercaya adalah RSI. RSI digunakan untuk mengenali area overbough dan oversold yang akan bergeraka antara 0 sampai 100. Ketika RSI menunjukan angka yang lebih tinggi dari 70 maka kita bisa menganggap hal tersebut merupakan kondisi overbough dan ini adalah saat yang tepat bagi trader untuk membuka sell. Sedangkan ketika menunjukkan nilai di bawah 30 maka berada dalam kondisi oversold dan menjadi momentum bagi trader untuk membuka posisi buy.

Disisi lain lagging indikator justru memberikan sinyal yang lebih lambat namun lebih kuat. Sinyal dari lagging indikator akan datang setelah sebuah pergerakan terjadi dan ia akan mencoba menghitung kekuatan pergerakan tersebut. Salah satu lagging indikator adalah Moving Average Convergence Divergence (MACD).

MACD tidak bergerak layaknya dalam daerah jangkauan seperti RSI, namun ia terdiri atas dua buah garis dan sebuah histogram. Manfaat utama MACD adalah membantu mengenali sebuah tren sekaligus memberikan beberapa indikasi mengenai kekuatan dan pergerakan yang terjadi. Kita bisa mendapatkan indikasi yang baik dari momentum melalui histogram. Ketika garis-garis saling menjauh dan jarak maupun histogram menjadi besar maka akan menjadi indikasi pergerakan yang kuat dengan banyak momentum yang mengikutinya. Sedangkan ketika dua garis bertemu dan jarak maupun histogram menjadi mengecil akan menjadi indikasi pergerakan yang melambat bahkan menunjukkan kemungkinan terjadinya perpotongan ke arah yang berlawanan.

Indikator Dan Harga Bergerak Beda Arah

Indikator yang menjadi alat penentu arah tren harga umumnya akan berjalan searah dengan pergerakan harga tersebut. Maksudnya, ketika ketika harga turun maka indikator juga akan akan ikut melandai dan jika harga naik maka indikator akan menanjak. Namun pada suatu saat tidak menutup kemungkinan indikator dan pergerakan harga justru akan bergerak berlainan arah.

Indikator dan arah pergerakan harga yang bergerak berbeda arah atau Divergence ini disebabkan oleh adanya indikator leading dan lagging (RSI, MACD, Stochastic, dll) yang mampu memprediksi pergerakan harga yang akan terjadi di waktu berikutnya. Leading indicator dapat menandai titik overbought dan titik oversold. Titik overbought dapat menghasilkan patokan resistance sedangkan titik oversold menjadi level support. Jadi ketika harga bergerak tidak seimbang leading indicator dapat menyaring dimana seharusnya level harga itu berada. Inilah alasan mengapa Divergence tersebut dapat terjadi dengan pergerakan harga saat ini.

Ilustrasi

Divergence ini bukanlah sesuatu yang perlu dikahwatirkan. Malah bagi trader Contrarian, Divergence bisa dijadikan sinyal untuk melawan sentimen pasar. Trader bisa mendapatkan sinyal Buy saat harga jatuh atau sinyal sell ketika harga naik namun tetap mendapatkan profit tentunya. Perhatikan ilustrasi di bawah ini!

Sentimen pasar sangat dipengaruhi oleh opini pasar. Padahal belum tentu Bullish atau Bearish akan bergerak sesuai dengan ekspektasi trader. Berdasarkan chart XAU/USD, saat ini sudah mengalami Breakout dari Resistance sedangkan sentimen mayoritas adalah Bullish. Para trader mulai berlomba memasang posisi Buy dan mempertahankan posisi Long.

Berbeda dengan yang dilakukan oleh tradert lainnya, Mr. Sun yang merupakan trader Contrarian melihat hal tersebut sebagai sinyal Divergence. Mr. Sun melihat hal beradasarkan indikator RSI dan MACD bahwa histogram menunjukkan penurunan dari kedua puncak tertinggi. Hal ini disebabkan oleh karena sentimen Bullish mayoritasnya sudah kehabisan tenaga untuk mendorong harga lebih tinggi. Ketika sinyal Divergence yang diprediksi terkonfirmasi, Mr. Sun memasang posisi sell untuk melawan sentimen Bullish mayoritas. Hasilnya, Mr. Sum berhasil mendapatkan profit besar pada kisaran level 1180.

Pada lain kesempatan, harga terus menurun hingga menembus level Support dan pasar bereaksi sentimen Bearish sehingga trader menekan tombol sell. Namun lagi-lagi Mr. Sun memprediksi hal ini sebagai sinyal Divergence dan ia memasang posisi buy. Hasilnya, walaupun sempat mengalami sideway beberapa hari, harga pun menanjak berlawanan dengan Bearish mayoritas trader dan Mr. Sun kembali memperoleh profitnya.

Cara Membaca Kekuatan Trend Tanpa Indikator

Cara Membaca Kekuatan Trend Tanpa Indikator – Pernahkah anda mengalami kondisi dimana ketika anda melakukan sell, tiba-tiba harga berbalik arah menjadi naik sehingga berlawanan dengan posisi anda saat ini? Atau misalnya ketika anda melakukan buy tiba-tiba harga berbalik arah turun berlawanan dengan posisi anda? Saat seperti ini adalah saat yang penting dimana trader pasti akan merasa dipermainkan oleh pasar bahkan hingga mengalami luapan emosi. Trader akan merasa pasar telah mengetahui strategi yang akan digunakan dan sengaja berubah agar trader mengalami loss. Jika hal ini tidak disikapi maka trader dapat terjangkit penyakit Recency Bias yang akan berbuntut panjang terhadap transaksi berikutnya.

Cara Membaca Kekuatan Trend Tanpa Indikator

Tidak ada yang mengetahui kemana arah pergerakan pasar. Oleh karenanya dalam bertrading, trader menggunakan bantuan indikator sebagai alat ukur tingkat kecenderungan arah pergerakan harga agar trader dapat memperkirakan kemana arah harga tersebut bergerak. Namun, indikator ini hanya sebagai petunjuk atau referensi dalam mengambil keputusan, bukan sebagai alat penentu arah pergerakan harga. Indikator akan menciptakan batasan yang dapat digunakan oleh trader agar dijadikan prediksi untuk membuka dan menutup posisi sebuah transaksi. Hal inilah yang membuat trader terlalu bergantung dengan indikator dan ketika indikator lagging dalam merumuskan data, maka trader juga akan mengalami loss.

Sebagai jawaban atas kendala yang ditimbulkan oleh indikator ini, Justin Bennett menyarankan cara membaca kekuatan trend tanpa mengandalkan indikator. Metode ini digunakan dalam kondisi uptrend terkonfirmasi ketika harga membentuk higher high dan higher low, tidak jauh berbeda dengan cara mengenali trend lewat price action. Sedangkan saat mengalami downtrend, harga akan menunjukkan lower high dan lower low.

Cara membaca kekuatan trend tanpa indikator dijabarkan melalui 3 aspek di bawah ini.

  1. Mengidentifikasi Posisi High Low

Metode ini dianggap sebagai metode termurah karena tidak memerlukan indikator atau analisis teknikal yang biasa digunakan. Intinya, pola harga yang terbentuk di chart saja sudah cukup menjadi dasar pengamatan untuk membaca kekutana trend. Hal yang perlu anda lakukan disini adalah melihat bagaimana posisi high saat uptrend dan posisi low saat downtrend harga. Trend bullish yang kuat dapat dikenali dari higher high yang lebih tinggi dari sebelumnya. Ketika harga membentuk high di level yang lebih rendah maka disitulah saat trend melemah. Aturan yang sama juga berlaku saat mengukur kekuatan bearish. Perbedaannya, yang dijadikan tolak ukur adalah lower low, bukan higher high. Downtrendnya biasa masih didukung oleh trend yang besar apabila harga membentuk lower low. Ketika low harga muncul pada level yang lebih tinggi maka saat itulah downtrend mulai melemah.

  1. Mengukur Jarak Retest

Retest adalah ketika harga menguji level penting seperti yang terjadi pada support dan resistance. Namun dalam forex, retest ternyata juga dapat diaplikasikan ketika harga menguji trendline sebelum kembali ke trend utama. Terjadinya perubahan jarak retest bukanlah kebetulan semata. Jika anda teliti, penyempitan interval antara retest terbaru dengan retest sebelumnya dapat diartikan sebagai pelemahan kekuatan trend. Jarak retest yang lebih pendek bisa terjadi karena durasi kenaikan harga yang telah berkurang. Ketika kekuatan trend semakin surut maka jarak retest akan menyempit hingga terjadi perubahan arah trend. Inilah cara kerja retest membaca pergerakan trend.

  1. Mengenali Kerapatan Harga

Cara membaca kekuatan trend tanpa indikator bisa dengan melihat kerapatan harga pada penghujung trend. Kondisi ini sering terlewatkan padahal bisa menjadi senjata ampuh dalam mengukur kekuatan trend. Kerapatan harga ditandai dengan dominasi candle kecil yang terbentuk di area yang sempit seolah harga muncul berdempetan. Desakan breakout akan muncul ketika harga mulai mendekati area support dan resistance sehingga tekanan market semakin membesar. Sinyal downtrend terjadi ketika trend harga sudah tidak didukung oleh sentimen pasar yang kuat serta kerapatan harga yang intens.

Hal yang perlu diperhatikan adalah ketiga cara diatas hanya dapat diterapkan pada pasar treding. Saat harga cenderung sideway atau tidak menunjukan arah pergerakan yang pasti maka sebaiknya jangan menggunakan 3 teknik diatas karena bisa saja teknik-teknik tersebut tidak akan berfungsi.

Forex dan Valas adalah suatu Perdagangan yang Beresiko Tinggi, yang mungkin tidak cocok untuk sebagian Trader yang Belum Berpengalaman