Cara Bank Sentral Mengatasi Inflasi

Cara Bank Sentral Mengatasi Inflasi – Inflasi adalah sesuatu yang tidak bisa terelakkan. Setiap negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi akan mengalaminya. Biasanya untuk mengatasi hal ini berbagai jenis produk dipasaran akan dijual dengan harga lebih tinggi. Lalu selanjutnya apa yang bisa dilakukan?

Ketika berkunjung ke bank sentral, para banker sentral global harus menghadapi inflasi selama bertahun-tahun. Sebagai tanggapan akan kondisi tersebut, pembuat kebijakan harus meningkatkan jumlah strategi untuk memerangi tekanan inflasi dari perubahan kebijakan moneter. Jika strategi ini membantu menenangkan kenaikan harga yang cepat, namun bisa juga memberikan petunjuk jangka panjang bagi investor valuta asing.

Cara Bank Sentral Mengatasi Inflasi – Meningkatkan Suku Bunga

Menaikkan suku bunga adalah suatu rencana yang lebih masuk akal sebagai cara bank sentral mengatasi inflasi. Mengapa? Strategi ini adalah cara yang paling sederhana dan hasilnya terkadang bisa lebih cepat dibanding metode lainnya. Semua badan moneter pada saat ini bisa memberikan pinjaman pada klien. Pinjaman tersebut meliputi pinjaman hipotek, pelajar, dan mobil, sekaligus pinjaman komersil untuk bisnis. Ketika suku bunga meningkat, biaya juga akan turut meningkat.

Para investor global senantiasa mencari tingkat suku bunga yang tinggi untuk dikombinasika dengan risiko yang lebih rendah. Jadi, ketika bank sentral memilih untuk menaikkan suku bunga, anda bisa yakin bahwa permintaan untuk mata uang tersebut akan meningkat.

Sebagai contoh bank sentral Australia menaikkan suku bunga beberapa kali pada akhir 2009 dan awal 2011. Pada Januari 2011 dolar Australia telah meningkat sebesar 26% dibanding dolar AS . Keputusan tersebut menyebabkan permintaan yang lebih tinggi untuk Australia, terutama terhadap dolar AS.

Cara Bank Sentral Mengatasi Inflasi – Persyaratan Cadangan Tweaking

Strategi lainnya yang sangat evektif bagi bank sentral untuk mengatasi inflasi adalah dengan meningkatkan persyaratan cadangan lembaga perbankan. Bank sentral bisa memilih untuk menaikkan persyaratan cadangan, membatasi jumlah uang, ataupun uang tunai dalam sistem yang disebut basis moneter.

Kenaikan GWM akan meningkatkan kas minimum yang ditetapkan oleh bank umum, sehingga penyesuaian ini bisa mencegah bank mengeluarkan uang tunai. Pembatasan ini akan memperlambat kenaika harga karena akan ada sedikit uang yang mengejar barang dengan harga mahal.

Pemerintah China menyukai kebijakan ini karena kebijakan ini, sehingga sejak awal tahun 2011 People’s Bank Of China telah memilih untuk menaikkan persyaratan cadangan tiga kali , dan menigkatkan suku bunga sebesar 50 poin setiap kali. Keputusan untuk menaikkan persyaratan cadangan pada akhirnya memperlambat inflasi mata uang suatu negara. Dengan meningkatkan persyaratan cadangan, bank sentral mengakui bahwa inflasi adalah permasalahan yang serius, namun bisa meningkatkan daya tarik bagi investor.

Cara Bank Sentral Mengatasi Inflasi – Operasi Pasar Terbuka

Terakhir, namun tidak kalah pentingnya, bank sentral akan melakukan operasi pasar terbuka untuk mengatur jumlah uang yang beredar dan pada akhirnya mengendalikan inflasi konsumen. Selain itu bank sentral juga akan menggunakan apresiasi mata uang untuk melawan biaya konsumen.

Strategi ini biasanya hanya digunakan oleh pemerintah yang menawarkan mata uang tetap atau dipatok hanya karena mereka dapat secara efektif mengendalikan nilai tukar mata uang. Alasan pemilihan ini sangat sederhana. Biaya konsumen biasanya naik karena input produsen atau harga bahan baku meningkat. Untuk mengurangi biaya produsen yang lebih tinggi, bank sentral akan menggunakan mata uang yang lebih kuat untuk menurunkan nilai tukar dari input ini. Seiring dengan turunnya harga pasar hal ini secara efektif akan menurunkan biaya konsumen.

Bagaimana Inflasi Mempengaruhi Nilai Tukar Dua Negara?

Bagaimana Inflasi Mempengaruhi Nilai Tukar Dua Negara ? – Tingkat inflasi di suatu negara ternyata bisa berdampak besar terhadap nilai mata uang yang dimilikinya dengan mata uang negara lain. Namun, inflasi hanyalah salah satu faktor dari sekian banyak faktor yang dikombinasikan untuk mempengaruhi nilai tukar suatu negara.

Inflasi lebih cenderung memiliki efek negatif yang signifikan, terhadap nilai mata uang dan nilai tukar mata uang asing dari pada efek positif. Tingkat inflasi yang rendah tidak menjamin nilai tukar yang baik bagi sebuah negara. Namun nilai inflasi yang tinggi sangat mungkin berpengaruh negatif pada nilai tukar negara lain.

Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar

Inflasi terkait erat dengan suku bunga, dan dapat berpengaruh pada nilai tukar. Suatu negara bisa saja berusaha menyeimbangkan suku bunga dan inflasi. Namun keterkaitan keduanya sangat kompleks dan seringkali sulit untuk dikelola. Suku bunga rendah memacu belanja konsumen, dan pertumbuhan ekonomi, sehingga umumnya berpengaruh positif terhadap nilai mata uang.

Jika kegiatan belanja konsumen meningkat hingga sampai pada titik dimana permintaan melebihi pasokan, inflasi mungkin bisa saja terjadi. Meskipun begitu, suku bunga yang rendah umumnya tidak akan menarik investasi asing, yang memungkinkan terjadinya peningkatan permintaan untuk mata uang suatu negara.

Pengaruh Stabilitas Ekonomi dan Politik Negara Juga Berpengaruh

Penentuan nilai akhir dan nilai tukar mata uang suatu negara adalah sesuatu yang ingin dirasakan untuk bisa memegang mata uang negara tersebut. Persepsi ini tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya stabilitas pemerintahan dan ekonomi suatu negara.

Pertimbangan pertama yang selalu investor lakukan dalam hal mata uang adalah sebelum mendapatkan keuntungan, mereka akan lebih memilih memperhatikan keamanan untuk menahan aset tunai mata uang. Jika sebuah negara dianggap tidak stabil secara politik, ekonomi, adanya devaluasi secara tiba-tiba, ataupun perubahan nilai mata uang terhadap negara lain. Maka bisa jadi investor akan cenderung menghindar dari mata uang negara tersebut.

Faktor Lain yang Mempengaruhi Nilai Tukar Mata Uang

Selain inflasi, sebenarnya ada ada faktor lain yang berpengaruh terhadap nilai tukar mata uang suatu negara. Beberapa diantaranya pertumbuhan ekonomi, kesinambungan perdagangan, tingkat suku bunga dan tingkat hutang suatu negara. Investor akan terus memantau suatu negara utamanya pada indicator ekonomi untuk membantu menentukan nilai tukar1.

Dari sekian banyak faktor tersebut, anda tidak bisa menebak mana yang paling dominan berpengaruh, karena keadaan tersebut dapat berubah sewaktu waktu. Pada suatu titik bisa saja suku bunga berpengaruh besar terhadap nilai tukar, dan pada waktu lainnya bisa saja inflasi yang berpengaruh besar, kita tidak akan tahu.

Nilai tukar relatif terjadi pada mata uang modern, di mana hampir tidak ada mata uang yang memiliki nilai intrinsic. Satu-satunya nilai mata uang yang dimiliki suatu negara adalah nilai yang dirasa relatif terhadap nilai mata uang negara lain. Keadaan ini dapat berdampak pada inflasi dan nilai tukar suatu negara.

Misalnya saja sebuah negara memiliki nilai inflasi yang dianggap tinggi oleh para ekonom. Namun jika pada kondisi ini ternyata masih lebih rendah dari negara lain lain, maka nilai relatif mata uangnya bisa tetap dianggap lebih tinggi dari mata uang negara lain, begitupula sebaliknya.

Meskipun inflasi menjadi permasalahan yang sering dialami oleh banyak negara, dan berpengaruh pada berbagai hal termasuk nilai tukar. Namun jika suatu negara memiliki pemahaman dan strategi yang tepat, maka semuanya bisa teratasi dengan baik. Dengan begitu kegiatan perekonomian dapat terus berjalan normal tanpa ada hambatan apapun.

Pentingnya Inflasi dan PDB

Pentingnya Inflasi dan PDB – Investor cenderung mendengar istilah inflasi dan produk domestic bruto (PDB) setiap hari. Lalu seberapa besar mereka memahami konsep ini dan bagaimana mereka bisa berinteraksi dengannya?

Kemudian apa yang bisa mereka lakukan ketika pasar ekonomi terbaik tidak bisa menytujui perbedaan mendasar antara berapa banyak ekonomi AS harus tumbuh?, atau seberapa besar pasar keuangan dapat menangani inflasi? investor perorangan perlu menemukan tingkat pemahaman yang tinggi untuk bisa mengambil keputusan tersebut.

Inflasi

Inflasi bisa diartikan sebagai kenaikan uang yang beredar di pasar atau kenaikan harga mata uang. Ketika kita mendengar inflasi, kita akan mendengar tentang kenaikan harga yang akan dibandingkan dengan beberapa patokan.

Jika jumlah uang yang beredar meningkat, hal ini biasanya akan memanifestasikan dirinya pada tingkat harga yang lebih tinggi . Inflasi juga bisa diukur melalui Indeks Harga Konsumen (IHK) yang merupakan ukuran pengukuran inflasi yang digunakan di pasar keuangan AS.

Produk Domestic Bruto (PBD)

Produk domestic bruto di Amerika Serikat mewakili total output agregat dari ekonomi AS. Penting untuk diingat jika angka PBD seperti yang dilaporkan ke investor sudah sesuai dengan inflasi. Dengan kata lain, jika GDP bruto dihitung menjadi 6% lebih tinggi dari tahun sebelumnya, inflasi akan diukur 2% dibandingkan periode sebelumnya, dan pertumbuhan PDB akan dilaporkan sebesar 4% .

Slippery Slope

Hubungan antara inflasi dan output ekonomi (GDP) bermain seperti tarian yang sangat halus. Bagi investor pasar saham, pertumbuhan PDB tahunan sangat penting. Jika keseluruhan output ekonomi menurun atau hanya bertahan, kebanyakan perusahaan tidak akan dapat meningkatkan keuntungan mereka.

Namun pertumbuhan PDB juga sangat berbahaya, karena kemungkinan besar akan terjadi bersamaan dengan kenaikan inflasi yang mengikis keuntungan pasar saham. Sebagian besar ekonomi saat ini sepakat jika pertumbuhan PDB 2,5-3,5% pertahun adalah yang paling dapat dipertahankan di ekonomi kita tanpa menimbukan efek negative.

Seiring waktu, pertumbuhan PDB telah menyebabkan meningkatnya inflasi. Begitu proses ini berlangsung, ia bisa dengan cepat menjadi umpan balik yang memperkuat diri. Ketika inflasi dunia meningkat orang akan menghabiskan lebih banyak uang karena mereka tahu hal ini akan menjadi kurang berharga di masa depan. Hal ini tentu akan menyebabkan kenaikan PDB dalam jangka pendek, sehingga kenaikan harga akan terus berlanjut.

Alasan mendasar banyaknya argument yang mendorong inflasi adalah kasus upah. Dalam ekonomi yang sehat, terkadang kekuatan pasar akan mengharuskan perusahaan mengurangi upah riil, atau upah setelah inflasi. Pada dunia teroritis kenaikan upah 2% selama setahun dengan inflasi 4% memiliki dampak bersih yang sama terhadap pekerja.

Kebijakan Federal Reserve dan Moneter

AS pada dasarnya memiliki dua senjata untuk membantu memandu perekonomian menuju jalur pertumbuhan yang stabil tanpa inflasi yang berlebihan, yakni dengan kebijakan moneter dan fiscal. Kebijakan fiscal berasal dari pemerintah dalam bentuk perpajakan dan kebijakan pengangguran federal. Sebagian besar pengamat politik melihat jika kebijakan fiscal sangat efektif untuk mengatasi beberapa kasus ekonomi, sedangkan pengamat politik lain beranggapan kebijakan moneter lebih efektif menjaga ekonomi dalam pola pertumbuhan yang lebih stabil.

Implikasi Bagi Investor

Ada banyak perdebatan dalam persoalan bagaimana menghitung PDB dan inflasi. Analisis dan ekonom sama-sama sering mulai memilih angka PDB atau mendiskontokan angka inflasi dengan jumlah tertentu, terutama bila sesuai dengan posisi mereka. Setelah mempertimbangkan penyesuaian hedonic untuk meningkatkan kualitas, dan penyesuaian musiman, tidak banyak yang hal tersisa yang belum diperhitungkan, dihaluskan atau tertimbang. Namun disisi lain ada metologi yang bisa digunakan.

Banyak investor yang berpendapat jika mengawasi inflasi adalah hal wajib yang harus dilakukan, karena arus pendapatan di masa depan harus didiskontokan oleh inflasi untuk menentukan berapa nlai uang hari ini di masa depan. Selama inflasi moderat, pasar saham memberikan peluang terbaik jika dibandingkan pendapatan tetap dan tunai.

Jadi sekarang anda sudah tahu mengenai pentingnya inflasi dan PDB bukan?

Pahami Efek Tidak Langsung Nilai Tukar

Rata-rata orang mengalami nilai mata uang yang cukup stabil dari hari ke hari. Harga secangkir kopi setiap pagi adalah $ 1,50, pembayaran bunga tetap mobil dan hipotek sama setiap bulannya, dan untuk pekerja yang digaji, bahkan gaji pun identik. Fakta bahwa nilai mata uang terus berfluktuasi dalam kaitannya dengan mata uang lainnya sepertinya hanya menjadi masalah saat merencanakan perjalanan luar negeri atau menemukan sesuatu yang menakjubkan di eBay dan dipaksa untuk membayarnya dalam euro.

Nilai Tukar Mempengaruhi Berapa Banyak Anda Membayar Barang

Di era globalisasi ini, barang dari negara lain seperti biasanya lebih laku daripada barang yang diproduksi di dalam negeri. Nilai tukar memiliki dampak signifikan terhadap harga yang anda bayar untuk produk impor. Mata uang domestik yang lemah berarti harga yang anda bayar untuk barang asing pada umumnya akan meningkat secara signifikan.

Perubahan harga produk impor bergantung pada bagaimana mata uang negara pengekspor (yaitu, dari mana produk ini telah bersumber) saat melawan mata uang domestik. Pada bulan April 2015, dolar A.S. memerintah sepenuhnya terhadap semua mata uang, yang akan mengakibatkan konsumen Amerika membayar harga yang lebih rendah untuk mobil Jerman atau barang elektronik Jepang. Tetapi karena mata uang yang berbeda memiliki kinerja yang bervariasi terhadap dolar A.S., hubungan lintas mata uang akan sedikit lebih rumit.

Misalnya, euro telah anjlok 21,4 persen terhadap dolar A.S. dalam periode 12 bulan sampai 24 April 2015, sementara dolar Kanada turun hanya 9,5 persen terhadap dolar A.S selama periode ini. Akibatnya, dolar Kanada dihargai sekitar 15 persen terhadap euro selama setahun terakhir, sehingga orang Kanada membayar harga yang agak rendah untuk produk Eropa seperti anggur dan keju.

Nilai Tukar Dapat Mempengaruhi Inflasi, dan Suku Bunga, Pada Tabungan Serta Pinjaman

Mata uang domestik yang lemah dapat mendorong tingkat inflasi sebuah negara yang merupakan importir besar, karena harga produk luar negeri lebih tinggi. Hal ini dapat menyebabkan bank sentral menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi, dan juga untuk mendukung mata uang domestik dan mencegahnya terjun secara tajam. Sebaliknya, mata uang yang kuat menekan inflasi dan memberikan hambatan pada ekonomi yang sama dengan kebijakan moneter yang ketat. Sebagai tanggapan, bank sentral suatu negara dapat bergerak untuk mempertahankan suku bunga rendah atau menguranginya lebih jauh sehingga menghalangi pergerakan mata uang domestik agar tidak terlalu kuat.

Dengan demikian, nilai tukar memiliki dampak tidak langsung terhadap tingkat bunga yang Anda bayar atas hipotek atau pinjaman mobil Anda, atau bunga yang Anda terima dari uang di rekening tabungan atau pasar uang Anda.

Nilai Tukar Dapat Mempengaruhi Prospek Pekerjaan Anda

Mata uang domestik yang lemah mendorong pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan ekspor dan membuat impor lebih mahal. Pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat biasanya diterjemahkan ke dalam prospek pekerjaan yang lebih baik. Mata uang domestik yang kuat dapat memiliki efek sebaliknya, karena memperlambat pertumbuhan ekonomi dan membatasi prospek pekerjaan.

Nilai Tukar Memiliki Dampak Pada Portofolio Investasi Anda

Fluktuasi nilai tukar dapat memiliki dampak besar pada portofolio investasi Anda, bahkan jika anda hanya memegang investasi dalam negeri. Misalnya, dolar yang kuat pada umumnya mengurangi permintaan global akan komoditas karena harganya terjangkau dalam dolar. Permintaan yang rendah ini dapat mempengaruhi pendapatan dan valuasi bagi produsen komoditas domestik, meskipun sebagian dampak negatif akan dikurangi oleh melemahnya mata uang lokal. Mata uang yang kuat bisa Juga berpengaruh pada penjualan dan keuntungan yang diperoleh di luar negeri.

Forex dan Valas adalah suatu Perdagangan yang Beresiko Tinggi, yang mungkin tidak cocok untuk sebagian Trader yang Belum Berpengalaman